Kegunaan dan Bahaya Formalin - Formalin merupakan larutan yang dibuat dari 37% formaldehida dalam air. Dalam larutan formalin biasanya di tambahkan alkohol (metanol) sebanyak 10-15% yang berfungsi sebagai stabilisator agar formalin tidak mengalami polimerisasi (Mulono, 2005). Nama lain formalin yaitu Formol, Morbicid, veracur (Patnaik, 1992).
Formalin awalnya diidentifikasi oleh August Wilhem Von Hoffman pada tahun 1868. August Wilhem Von Hoffman mengidentifikasi formalin ketika dia mengalirkan uap methanol dan air di atas spiral platinum yang panas. Fungsi formalin sebagai desinfektan (pembasmi kuman) baru ditemukan pada tahun 1888 (Anonim, 2006;Depkes R.I, dan Dirjen POM, 2003).
Formalin merupakan bahan kimia yang bersifat toksik, dimana toksisitas formalin telah dievaluasi oleh berbagai organisasi ternama seperti IARC (International Agency For Research on Cancer), ATSR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry, USA) dan IPC (International Programme on Chemical Safety). Formalin telah diklasifikasikan oleh IARC ke dalam kelompok senyawa yang beresiko menyebabkan kanker (Uzairu, 2009).
Kegunaan Formalin
Menurut Reynold (1982) karena kemampuan formalin menghambat pertumbuhan mikroba, maka dapat digunakan sebagai desinfektan yang efektif melawan bakteri vegetatif, jamur atau virus, meskipun kurang efektif melawan spora bakteri.
Selain itu menurut Alsuhendra dan Ridawati (2013) kegunaan dari formalin yaitu (1) pembasmi atau pembunuh kuman sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian dan pembasmi lalat dan berbagai serangga lain, (2) pengeras lapisan gelatin dan kertas, (3) pengawet poduk kosmetika dan pengeras kuku, sebagai antiseptik untuk mensterilkan peralatan kedokteran, (5) sebagai germisida dan fungisida pada tanaman dan sayuran dan (6) mengawetkan spesimen biologi, termasuk mayat dan kulit.
Bahaya Formalin Bagi Kesehatan
Formalin umumnya digunakan sebagai bahan pengawet mayat dan berbagai jenis bahan industri non makanan.Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan sangat membahayakan konsumen.Tetapi banyak praktek yang tidak bertanggung jawab dilakukan oleh pedagang atau pengolah pangan yang menambahkan formalin sebagai pengawet makanan (Yuliarti, 2007).
Akibat yang ditimbulkan oleh formalin tergantung pada kadar formalin yang terakumulasi di dalam tubuh. Semakin tinggi kadar formalin yang terakumulasi, semakin parah pula akibat yang ditimbulkan. ACGIH (American Conference of Governmental and Industrial Hygienists) menetapkan ambang batas aman formalin dalam tubuh adalah 0,4 ppm (Alsuhendra dan Ridawati,2013).
Sedangkan menurut IPCS ( International Programme on Chemical Safety ), lembaga khusus dari tiga organisasi PBB yaitu ILO, UNEP dan WHO yang peduli pada keselamatan penggunaan bahan-bahan kimia, bahwa secara umum ambang batas aman formalin dalam makanan yang masih bisa ditolerir dalam tubuh orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari sedangkan formalin dalam bentuk air minum yang masih bisa ditolerir dalam tubuh yaitu 0,1 ppm (Singgih, 2013).
Menurut Alsuhendra dan Ridawati (2013) beberapa efek negatif yang ditimbulkan dari keracunan formalin jika masuk ke dalam tubuh manusia yaitu:
- Keracunan yang bersifat akut merupakan efek yang langsung terlihat akibat jangka pendek, dan gejala yang ditimbulkan yaitu hilangnya kesadaran, anuria, muntah, edema laring, ulserasi pada mukosa gastrointestinal,diare, gagal ginjal dan ulserasi pada mulut dan esophagus. Dalam konsentrasi tinggi, formalin dapat menyebabkan diare berdarah, kencing darah, muntah darah, iritasi lambung dan akhirnya menyebabkan kematian.
- Keracunan yang bersifat kronis merupakan efek yang terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang, dan gejala yang ditimbulkan yaitu iritasi gastrointestinal, muntah, pusing, sakit perut, nyeri usus dan gangguan peredaran darah. Dalam jangka panjang, keracunan formalin yang bersifat kronis juga dapat menimbulkan gangguan menstruasi, infertilisasi, kerusakan pada hati, otak, limpa, pankreas, system syaraf pusat dan ginjal.
Kanker dapat terjadi karena formalin yang bereaksi dengan sel dalam tubuh akan mengacaukan susunan protein atau RNA sebagai pembentukan DNA di dalam tubuh. Apabila susunan DNA kacau, maka sel-sel akan mengalami pertumbuhan yang menyimpang sehingga terjadilah kanker (Alsuhendra dan Ridawati, 2013). Tabel berikut menunjukkan pengaruh formalin terhadap kesehatan berdasarkan konsentrasi formalin.
(Sumber: Manitoba Federation of Labour, 2004)